Translate / Terjemah Bahasa

Minggu, 08 November 2020

KENDALA PEMANFAATAN TIK GURU PAI DALAM PEMBELAJARAN

 


MAKALAH

KENDALA PEMANFAATAN TIK GURU PAI DALAM PEMBELAJARAN

 

 

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah: TIK dan Desain Pembelajaran PAI

Dosen Pengampu: Dr. H. Naf’an Tarihoran, M.Hum



Oleh :

AL HUDRI

NIM: 192610001

 

 

 

 

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

UIN SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN

 

 

 

SERANG 2020

 

KENDALA PEMANFAATAN TIK GURU PAI DALAM PEMBELAJARAN

Oleh: Al Hudri

(NIM 192610001)

 

A.    Latar Belakang Masalah

Saat ini profesi guru bukanlah daya tarik yang menggiurkan seiring dengan mengikisnya nilai-nilai penghormatan masyarakat maupun peserta didik yang terhadap gurunya semakin luntur. Pergeseran ini tidak dipungkiri karena adanya pandangan guru lemah dalam menanamkan nilai-nilai moralitas kepada anak dan rendahnya penghargaan terhadap guru (01-Jurnal Primary-Pendikan Profesi Guru Dan Penngkatan Mutu Pendidikan.Pdf, n.d.). (Tarihoran, 2012)

Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 berbunyi “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah karena tantangan yang lebih besar dengan adanya arus globalisasi di segala bidang kehidupan. Globalisasi sebagai dampak dari revolusi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mengakibatkan perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan yang paling cepat dirasakan adalah perubahan ekonomi dan pengetahuan.(Abdullah, 2018)

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat digunakan dalam berbagai disiplin Ilmu, termasuk di dunia pendidikan. Perkembangan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan saat ini sudah tidak bisa ditawar lagi karena telah menyatu dengan perkembangan setiap aktivitas kehidupan, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Demikian halnya guru sebagai tenaga profesional, harus mampu mengimbangi laju perubahan tersebut. Sikap yang harus direfleksikan oleh guru di antaranya melalui apresiasi, inovasi, dan kreasi untuk memanfaatkan TIK seperti yang dinyatakan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan kompetensi Guru. (Lase, 2019)

Berdasarkan hasil monitoring, supervisi, dan evaluasi keterlaksanaan RSKM/KTSP, ditemukan bahwa pemanfaatan TIK (baik hard ware maupun software)oleh  guru di satuan pendidikan masih amat terbatas. TIK lebih banyak dimanfaatkan terbatas pada fungsi administratif. Pemanfaatannya sebagai media atau alat bantu pembelajaran dan penilaian masih belum tereksplorasi secara mendalam, apalagi pemanfaatan berbagai fasilitas dan aplikasi yang ada. Salah satunya belum optimal pemanfaatan Microsoft Excel (Ms excel) aplikasi bagian dari Microsoft Office dalam penilaian.

Proses belajar mengajar menurut Asnawir (2002: 13) adalah proses komunikasi dengan  menggunakan  alat  atau  media,  karena  menggunakan  alat  atau  media  adalah sebagai informasi sikap dan pengembangan informasi.Menurut  Haag  dan  Keen  (1996),  Teknologi  Informasi  adalah  seperangkat  alat yang  membantu  anda  bekerja  dengan  informasi  dan  melakukan  tugas-tugas  yang berhubungan   dengan   pemrosesan   informasi.   Menurut   Martin   (1999),   Teknologi Informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak)  yang  akan  digunakan  untuk  memprosesdan  menyimpan  dan  menyebarkan informasi.  Sementara  William  dan  Sawyer  (2003),  Mengungkapkan  bahwa  Teknologi Informasi  adalah  teknologi  yang  menggabungkan  komputasi  (komputer)  dengan  jalur komunikasi kecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video.

Pendidikan  nasional  berfungsi  mengembangkan  kemampuan  dan  membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Undang-undang No.20 tahun 2003). Standar  nasional  pendidikan  bertujuan  menjamin  mutu  pendidikan  Nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Seperti  yang  telah  dijelaskan  pada  Peraturan  Pemerintah  PP  nomor  19  tahun 2005  dan  PP  nomor  32  tahun  2013  di  dalam  Standar  Nasional  Pendidikan  bahwa seorang  guru  harus  memiliki  kompetensi  pedagogik,  kepribadian,  profesional  dan kompetensi sosial (Mulyasa, 2013: 12). Masalah yang dihadapi guru PAI adalah belum maksimalnya  penggunaanteknologi  informasi  pada  pembelajaran  PAI,  Guru  hanya mengandalkan  metode  ceramah  yang  memang  sangat  tidak  sesuai  dengan  tujuan Standar  Nasional  Pendidikan  bahwa  seorang  guru  harus  profesional  dan  berkompeten dalam pembelajaran, tapi kenyataannya guru PAI belum  memanfaatkan  teknologi  informasi  untuk mengembangkan  Pendidikan Agama Islam. Permasalahan  tersebut  mengakibatkan  peserta  didik  atau  kompetensi  lulusan yang  tidak  mempunyai  keterampilan  dan  pengetahuan  yang  luas  dan  berkompetensi sesuai tujuan pendidikan nasional.

 

B.     Pembahasan

Diakui atau tidak sekarang ini tidak sedikit guru dalam pembelajaran di kelas masih monoton (ceramah). Termasuk didalamnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Guru mengajarkan di depan kelas, sedangkan peserta didik senang atau tidak harus mau mendengarkannya. Akibatnya, peserta didik merasa bosan dengan mata pelajaran yang diajarkan Hal ini ditunjukkan dengan peserta didik yang mengantuk, berbicara dengan teman, sering ijin keluar, menulis atau menggambar dan aktifitas lainnya yang tidak ada hubungan dengan mata pelajaran tersebut.

Padahal melihat peranan mata pelajaran PAI di sekolah menempatkan posisi yang sangat strategis dalam memberikan dasar keimanan dan ketaqwaan peserta didik ke depan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan PAI menjadi salah satu mata pelajaran yang harus ada mulai jenjang dasar sampai Pendidikan Tinggi.

Melihat begitu pentingnya mata pelajaran PAI di sekolah, jangan sampai hanya formalitas telah dilaksanakan, tetapi harus mempunyai makna bagi peserta didik. Diantara caranya adalah dengan adanya inovasi pembelajaran. Salah satu bentuknya adalah pembelajaran PAI berbasis Information and Communication Technology (ICT) atau sering disebut dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Sebenarnya banyak guru PAI yang sudah menguasai ICT, tetapi masih sekedar dimanfaatkan untuk mengetik. Padahal manfaat ICT dalam pembelajaran dapat dimanfaatkan lebih dari itu. Bentuk pemanfaatan ICT dalam pembelajaran PAI adalah pertama, penggunaan program powerpoint dalam proses pembelajaran PAI di kelas. Melalui proram tersebut, guru tinggal menulis poin-poin penting materi yang akan disampaikan. Agar lebih menarik, bisa juga guru menggunakan program macromedia flash.

Tidak hanya tulisan yang dapat disampaikan ke peserta didik, tetapi juga dapat menampilkan suara atau video yang berkaitan dengan materi tersebut. Misalnya, dalam materi pembelajaran tentang Iman Kepada Hari Akhir, melalui program ini peserta didik tidak hanya mendapatkan pengetahuan materi tersebut, tetapi juga dapat ditampilkan ilustrasi tentang kiamat sughra dan kubra. Pengalaman penulis ternyata, melaui pembelajaran seperti itu, peserta didik lebih mudah memahami dan tertarik dengan materi tersebut.

Kedua, menggunakan e-mail untuk mengumpulkan tugas dari peserta didik. Sekarang ini yang biasa dilakukan guru kepada peserta didik dalam mengumpulkan tugas melalui buku atau kertas. Bisa dibayangkan bagaimana kalau guru mengajar di 18 kelas. Masing-masing kelas berjumlah 40 siswa. Berarti ada 720 buku tugas atau makalah yang menumpuk di bawah atau atas meja guru.

Pengumpulan tugas melalui e-mail tersebut sekaligus mendidik kepada peserta didik untuk mengurangi global warming (pemanasan global). Kita tahu bahwa bahan baku kertas adalah berasal dari kayu. Artinya semakin banyak peserta didik menggunakan kertas, maka bertambah banyak penebangan kayu untuk bahan baku kertas. Tidak salah kalau sekarang ini hutan di Indonesia sekarang semakin berkurang. Karenanya, hal ini peserta didik dilatih untuk mencegah global warming sekaligus menyelamatkan dunia melalui meminimalisir penggunaan kertas.

Ketiga, menggunakan mailing list untuk diskusi kelas yang diajarkan. Melalui mailing list guru dapat membuat grup atau kelompok sendiri, bisa berupa  satu kelas atau satu sekolah untuk berkomunikasi. Di sini guru PAI menginformasikan materi pembelajaran yang akan disampaikan pada pertemuan ke depan via mailing list. Sedangkan seluruh anggota grup akan mengetahuinya dalam waktu yang bersamaan. Saat itu juga peserta didik dapat mendownload materi tersebut dari rumah atau dimanapun tempatnya asal ada jaringan internet.

Selain itu, melalui mailing list guru dapat membuka ruang diskusi dengan peserta didik. Selama ini peserta didik kesempatan bertanya masih terbatas di ruang kelas, melalui program tersebut guru dapat membantu permasalahan yang dihadapi peserta didik kapanpun dan dimanapun mereka berada.

Keempat, menggunakan web blog untuk pembelajaran di dalam atau luar kelas. Ketika disebut web blog, banyak guru yang bertanya-tanya pasti mahal biayanya. Memang untuk website yang komersial, pengguna (user) harus membayar sesuai dengan tarif, tetapi untuk web blog, pengguna tidak harus membayar alias gratis. Dibanding dengan fasilitas ICT, web blog lebih sempurna. Diantara kelebihannya adalah guru dapat menampilkan semua karya atau hasil pemikiran yang dimiliki.

Webblog dapat digambarkan seperti surat kabar pribadi guru. Surat kabar tersebut mau diisi apa tergantung pada guru. Hubungannya dengan pembelajaran, guru dapat mengunggah (up load) semua materi pembelajaran PAI ke website. Melalui media ini peserta didik dapat belajar tanpa dibatasi dengan ruang kelas. Tidak hanya materi pembelajaran, tetapi juga latihan soal, hasil ujian/ulangan atau materi lain yang berhubungan dengan materi PAI. Khusus hasil ujian, selama ini peserta didik atau orang tua hanya mengetahui hasil ujian miliknya sendiri, sedangkan hasil ujian temannya belum tentu tahu. Melalui webblog, peserta didik dapat melihat hasil ujian secara keseluruhan. Sehingga apabila ada kekeliruan, peserta didik atau orang tua dapat konfirmasi ke guru mata pelajaran tersebut.

Dari keempat penggunaan ICT dalam pembelajaran, apabila dilakukan oleh guru PAI, maka akan berdampak positif pada ketertarikan peserta didik terhadap mata pelajaran PAI di sekolah. Sehingga peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran PAI tidak terpaksa, melainkan kesadaran dari diri sendiri. Pengalaman penulis dalam memanfaatkan ICT dalam pembelajaran PAI, peserta didik selalu menunggu hal yang baru. Suatu saat, penulis sengaja tidak menggunaan ICT, peserta didik banyak yang bertanya dan lebih senang menggunakan ICT.

Selain itu, apabila dalam pembelajaran PAI di kelas, guru menggunakan ICT, hal ini akan menyebarkan “virus” ke guru mata pelajaran lain agar melakukan hal yang sama. Guru PAI saja –yang seringkali dianggap ketinggalan dengan guru mata pelajaran lain– dalam pembelajaran di kelas menggunakan ICT, mengapa mata pelajaran tidak memanfaatkan. Last but not least. (Tidak ada kata terlambat) untuk melakukan perubahan dalam pembelajaran.

Pada saat ini, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memegang peranan yang penting dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang pendidikan. Salah satu penerapan TIK dalam bidang pendidikan antara lain pemanfaatan sarana multimedia dan media Internet dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan sarana multimedia dalam proses pembelajaran diwujudkan melalui modul-modul pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik minat pembelajar, misalnya penggunaan flash, adanya penjelasan melalui media suara/ audio dan penambahan fitur-fitur yang dapat meningkatkan partisipasi aktif dari pembelajar. Sedangkan dengan pemanfaatan media Internet dalam proses pembelajaran diharapkan akan mempermudah pembelajar dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan, sehingga diharapkan pembelajar akan aktif mencari informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan.

Namun pada kenyataannya, penerapan TIK dalam bidang pendidikan di Indonesia masih dalam tahap awal dan masih belum termanfaatkan secara maksimal. Kendala-kendala penerapan TIK di bidang pendidikan antara lain disebabkan oleh :

Belum meratanya infrastuktur yang mendukung penerapan TIK di bidang pendidikan merupakan permasalahan awal yang harus segera diselesaikan oleh pihak yang berwenang, karena tanpa adanya infrastruktur yang mendukung maka penerapan TIK di bidang pendidikan hanya akan menjadi impian semata. Infrastruktur merupakan komponen yang sangat penting yang berfungsi sebagai modal awal dan utama dalam penerapan TIK di bidang pendidikan. Pada saat ini, terdapat kecenderungan bahwa hanya daerah tertentu saja yang mendapatkan akses TIK. Hal ini dikarenakan masih banyak daerah yang bahkan untuk memilki akses  telepon saja tidak ada, apalagi untuk akses terhadap Internet. Padahal sesungguhnya banyak sekali potensi sumber daya manusia unggul yang dimiliki oleh daerah tersebut. Jika hal ini terus berlangsung seperti ini maka dikhawatirkan bahwa potensi sumber daya manusia yang dimiliki daerah tersebut akan terbuang dengan percuma dan tidak dapat dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa Indonesia pada umumnya.

 

Kendala lainnya yang perlu diselesaikan adalah ketidaksiapaan sumber daya manusia  untuk memanfaatkan TIK dalam proses pembelajaran. Ketidaksiapan ini dikarenakan pola kebiasaan pembelajaran yang masih belum menganggap penting peranan TIK dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Mereka cenderung sudah merasa puas akan materi yang telah diberikan oleh pengajar secara langsung, sehingga menyebabkan mereka tidak mau/ malas untuk mencari informasi tambahan yang ada di Internet walaupun sarana dan infrastruktur sudah mendukung dalam penerapan TIK. Terkadang kendala ini jauh lebih susah untuk dipecahkan daripada tidak adanya infrastruktur yang mendukung TIK, hal ini karena biasanya lebih susah untuk mengubah pola tingkah laku/ kebiasaan dari seseorang. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dari setiap individu pembelajar untuk memanfaatkan dan menerapkan TIK dalam metode pembelajarannya.

Hambatan-hambatan pengintegrasian TIK dalam pembelajaran, dapat disimpulkan dengan dua kelompok, yaitu :

1.      Secara Fisik

Secaca fisik dapat berupa sarana dan prasarana yang belum memadai terutama untuk sekolah-sekolah yang berlokasi di pelosok. kalaupun sudah ada sarana dan prasarana, tetapi masih sangat minim baik dari segi jumlah maupun segi mutu peralatan tersebut.Masih digunakannya perangkat multimedia bekas di lembaga-lembaga pendidikan yang terdapat di daerah pedesaan. Perangkat multimedia bekas ini tentunya masih menggunakan spesifikasi yang sudah tertinggal jamannya. Sehingga penggunaannya tidak mampu bersaing dengan laju perkembangan TIK yang begitu pesat.

2. Secara Non-fisik

Kepercayaan diri guru kurang dalam menggunakan TIK dalam melaksanakan proses PBM. Guru takut gagal mengajar melalui penggunaan TIK yang saat ini sangat disarankan. Walaupun penggunaannya ICT dalam proses pembelajarn sangat disarankan oleh para ahli.

Kurangnya kompetensi guru, yang dimaksud disini adalah kurangnya kompetensi guru dalam mengintegrasikan TIK kedalam pedagogis praktek, yaitu tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan komputer dan tidak antusias tentang perubahan dan integrasi dengan belajar yang menggunakan computer dalam kelas mereka.

Sikap guru dan resistensi yang melekat terhadap perubahan. Sikap dan resistensi guru untuk mengubah tentang penggunaan strategi baru yaitu dengan integrasi TIK dalam PBM. Hal ini dimaksudkan dengan sikap guru bahwa penggunaan TIK dalam PBM tidak memiliki mamfaat atau keuntungan yang jelas.

Dalam Era Teknologi, Informasi, dan Komonikasi (TIK) atau Information, Comunications, and Technology (ICT), pada saat ini ICT di kelas sangat penting untuk memberikan kesempatan bagi keberhasilan belajar siswa pada era tahun informasi saat ini. Dengan menggunakan ICT maka hambatan dalam pembelajaran dapat teratasi.

Temuan menunjukkan bahwa guru memiliki keinginan yang kuat untuk mengintegrasikan TIK ke dalam pendidikan, tapi itu, mereka menemui banyak hambatan. Hambatan utama adalah :

Kurangnya confidence,/ kepercayaan.

Kurangnya kompetensi.

Kurangnya akses ke sumber daya.

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menjadi bagian penting dari kebanyakan organisasi dan bisnis. Komputer mulai ditempatkan di sekolah-sekolah pada awal 1980 an, dan beberapa peneliti menunjukkan bahwa ICT merupakan bagian penting dari pendidikan untuk generasi berikutnya. Teknologi modern (ICT) banyak menawarkan di dunia pendidikan, yakni :

Meningkatkan pengajaran dan pembelajaran di kelas, Pandangan bahwa teknologi baru potensi untuk mendukung pendidikan di seluruh kurikulum, dan Memberikan kesempatan untuk komunikasi yang efektif antara guru dan siswa dengan cara yang belum mungkin dilakukan sebelumnya.

Pemanfaatan teknologi informasi untuk PAI masih sangat kurang, bagaimanapun teknologi informasi seperti internet, komputer infokus masih sangat di butuhkan untuk pengembangan  ilmu  pengetahuan  khususnya  pendidikan  ilmu  pengetahuan  khususnya Ilmu   Pengetahuan   Agama   Islam,   sehingga   Pendidikan   Agama   Islam   akan   terus berkembang di era globalisasi ini.Pada   dunia   pendidikan   di   Indonesia,   komputer   sudah diperkenalkan   dan digunakan  di  sekolah-sekolah  mulai  dari  pendidikan  dasar  hingga  perguruan  tinggi. Bahkan untuk pendidikan di kota-kota besar, komputer sudah diperkenalkan sejak anak-anak  masuk  taman  kanak-kanak  atau  Play  group  untuk  bermain  dan  belajar. Selain digunakan  sebagai  alat  bantu  untuk  pembelajaran  interaktif  juga  bersifat  audio-visual untuk memudahkan proses pembelajaran itu sendiri.

Dengan  komputer  kemudahan  dalam  mencari  dan  menyediakan  bahan-bahan pembelajaran  juga  bisa  di  dapatkan,  misalnya dengan  adanya  konsep  perpustakaan elektronik  (e-library)  atau  buku  elektronik  (e-book).  Ditambah  lagi  dengan  adanya internet  dimungkinkan  untuk  mencari  koleksi  perpustakaan  berupa  buku-buku,  modul, jurnal, makalah, majalah,  surat  kabar,  dan  lain  sebagainya.  Bahkan  saat ini  sudah  bisa dilakukan  pembelajaran  jarak  jauh  melalui  internet  yang  dikenal  dengan electronic learning(e-learning).     Beberapa     Negara     telah     menerapkan     sekolah     yang pembelajarannya  melalui  internet  atau  semacam  universitas  terbuka.  Mahasiswanya dapat belajar lewat buku-buku atau modul yang disajikan lewat internet. Bahkan dengan internet   dimungkinkan   untuk   setiap   mahasiswanya   berkomunikasi   dengan   e-mail bahkan      berinteraksi      langsung      dengan      menggunakan teleconference      dan Video conference.

Menurut Zamroni (2007;16) ada tiga perencanaan strategis yang berkaitan dengan peningkatan  mutu  sekolah,  yaitu  strategi  yang  menekankan  pada  hasil  (The  Output Oriented  Strategy),  strategi  yang  menekankan  pada  proses  (The  Process  Oriented Strategy), dan strategi komprehensif (The Comphrehensive Strategy).Strategi yang menekankan pada hasil bersifat top down. Hasil yang akan dicapai, baik  kuantitas  maupun  kualitas,  telah  ditentukan  dari  atas  (dari  pemerintah  pusat, pemerintah daerah propinsi, ataupun pemerintah daerah Kabupaten/ Kota).

Strategi   yang   menekankan   pada   proses,   muncul   tumbuh   berkembang   dan digerakkan   mulai   dari   bawah,   yakni   sekolah   sendiri.   Pelaksanaan   strategi   sangat ditentukan oleh inisiatis dan kemampuan dari sekolah.Strategi komprehensifmenggariskan bahwa hasil yang akan dicapai yakni standar proses, standar pengelolaan sekolah, standar guru, kepala sekolah dan pengawas, standar keuangan,  standar  isi  kurikulum,  serta  standar  sarana  prasarana.  Di  balik  standar  yang ditentukan  dari  atas,  sekolah  memiliki  kekuasaan  dan  otonomi  yang  besar  untuk mengelola sekolah, dalam rangka mencapai standar hasil.Setiap strategi mengandung kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan  yang  telah  ditentukan.  Kegiatan  ini  intinya  menggerakkan  semua  komponen sekolah yang bermuara pada peningkatan kualitas lulusan. Strategi untuk meningkatkan mutu  mencakup  membangun  kapasitas  level  birokrat.  Menurut  Zamroni  (2007;19) memerlukan tiga hal, yaitu mengembangkan budaya kerja, mempersiapkan infrastruktur dan  pengembangan  tenaga  pendidik,  khususnya  guru.  Adapun  prosedurnya  merupakan rangkaian  kegiatan  yang  dikendalikan  secara  sistematis  dan  berkesinambungan  guna mencapai tujuan tertentu. Kegiatan peningkatan mutu sekolah mencakup tiga hal, yaitu birokrat  yang  meliputi  suatu  wilayah,  sekolah  dan  kelas.  Pada  tataran  birokrat  dicapai sekolah  ditentukan  secara  nasional,  yang  diwujudkan  dalam  standar  nasional.  Untuk mencapainya,  berbagai  standar  yang  berkaitan  dengan  hasil  juga  ditentukan  sebagai jaminan  hasil  yang  akan  dicapai,  upaya  peningkatan  mutu  berupa  kebijakan  dan program yang jelas, yang dapat menjadi pedoman bagi peningkatan mutu tataran sekolaj dan kelas.Pelaksanaan  peningkatan  mutu  pada  level  sekolah  dan  kelas  merupakan  satu kesatuan,    sehingga    tidak    perlu    dipisah    dalam    suatu    prosedur    sendiri-sendiri.  Peningkatan  mutu  level  ini  menurut  Zamroni  (2007:  20)  dapat  dilakukan  melalui aktivitas :

(a) Melakukan school review

(b) Merumuskan visi, misi dan strategi, serta program kerja

(c) Memperluas kepemimpinan partisipasif(d)Intervensi pada berbagai level.

 

C.    Kesimpulan

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) membawa pengaruh yang begitu besar bagi setiap aspek kehidupan, terutama pendidikan. Kekurangan dan hambatan yang ada dalam proses pembelajaran dapat diatasi dengan memanfaatkan perkembangan TIK.

Seperti yang disebutkan dalam bagian pertama pembahasan, yaitu arti TIK bagi dunia pendidikan berarti tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan. Namun, kenyataannya di Indonesia baru memasuki tahap mempelajari berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapan TIK. Hal ini disebabkan adanya berbagai kendala yang ada dalam usaha pemanfaatan TIK di dunia pendidikan Indonesia. Hal ini membuktikan ketertinggalan Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain, seperti Amerika dan Cina. Di negara tersebut, penggunaan TIK dalam proses pembelajaran sudah merupakan hal yang lazim.

Oleh sebab itu, kita bersama-sama dengan pemerintah dan pihak lainnya harus saling bahu-membahu dalam penyelenggaraan pemanfaatan TIK di dunia pendidikan Indonesia. Karena teknologi informasi dan komunikasi menjadi kunci untuk menuju sekolah masa depan yang lebih baik.

Proses  kegiatan  Belajar  Mengajar  Pendidikan  Agama  Islam  (PAI)  di  sekolah dalam   kegiatannya   masih   monoton   dengan   menggunakan   metode   ceramah   dan menggunakan Buku Paket dalam menyampaikan materi oleh pendidik ke peserta didik, hal  ini  tidak  akan  merubah  kemajuan  pendidikan  dalam  mengarungi  perkembagan zaman, sehingga akan menyebabkan peserta didik yang tidak terampil dan kreatif yang sesuai tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD No. 20 tahun 2003. Tingkat  pemahaman Guru  PAI  tentang   teknologi   informasi   masih   sangat   rendah   dan   kualitas   Guru   PAI   harus ditingkatkan dalam menunjang proses Belajar Mengajar PAI, bagaimanapun  teknologi informasi   seperti   Infokus,   Komputer,   Internet,   danyang   lainnya   merupakan   alat penunjang  untuk  mengembangkan  ilmu  pengetahuan  khususnya  PAI,  sehingga  PAI terus  berkembang  dalam menghadapi Era  Globalisasi,  hanya  teknologi  informasi  yang merupakan penunjang yang Modern dalam mengembangkan teknologi Informasi.Terdapat  beberapa  faktor  yang  menyebabkan  tidak  dimanfaatkannya  teknologi informasi seperti komputer,  infokus,  internet oleh  guru PAI diantaranya :

a)      Kurangnya pemahaman Guru PAI tentang teknologi informasi

b)      Kurangnya  kreatifitas  dan  keterampilan  Guru PAI   yang  hanya  menggunakan metode ceramah yang tidak efektif dan buku paket.

c)      Kurangnya pemahaman Guru PAI tentang infokus, power point, dan Program yang lainnya yang menunjang proses  kegiatan Belajar Mengajar.

Adapun  cara  yang  efektif  untuk  mengembangkan pembelajaran  PAI  melalui teknologi  informasi  dengan  cara  mengadakan  pelatihan  tentang  teknologi  informasi dan mengadakan pelatihan pengembangan ke-PAI-an dalam menggunakan metode dan media  yang  kreatif  dan  efektif    dengan  mendatangkan  para  ahli  di  bidang  pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KENDALA PEMANFAATAN TIK GURU PAI DALAM PEMBELAJARAN

  MAKALAH KENDALA PEMANFAATAN TIK GURU PAI DALAM PEMBELAJARAN     Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah: TIK dan D...